Friday, February 5, 2010

Yesus Kristus sebagai Sampeyan Dalem Maha Prabhu Pangeraning Para Bangsa

Di atas adalah sebuah foto arca Yesus Kristus dalam busana raja Jawa yang dapat Anda jumpai kalau Anda berkunjung ke sebuah candi yang berada di dalam kompleks Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus (HKTY) yang terletak di Dusun Kaligondang, Desa Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Indonesia. Setempat, gereja ini dikenal sebagai Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, berlokasi kurang lebih 17 kilometer dari pusat kota Yogyakarta ke arah selatan. Lokasi ini bisa dicapai lewat jalan darat Yogyakarta-Bantul, atau lewat Yogyakarta-Parangtritis. 

Nama Ganjuran diambil dari sebuah tembang yang berjudul Kala Ganjur yang liriknya mengisahkan kehidupan bersama yang didasarkan ikatan cinta antara Ki Ageng Mangir dan Rara Pembayan kala keduanya telah diasingkan dari Mataram. Jadi, diharapkan, dari gereja dan candi ini akan terpancar cinta kasih yang besar yang mengikat semua anak manusia. Sekarang, gereja dan candi ini diurus oleh Gereja Katolik Keuskupan Agung Semarang.

Gereja HKTY Ganjuran didirikan 16 April 1924 atas prakarsa Joseph Schmutzer dan Julius Schmutzer, dua orang Belanda bersaudara pemilik pabrik gula Gondang Lipuro. Candinya sendiri didirikan di sebelah timur gereja ini pada 1927, dengan mengikuti arsitektur Hindu-Jawa (Mataram dan Majapahit). Candi ini tingginya 9 meter, dan memiliki 9 anak tangga yang membawa orang ke relung teratas candi ini yang di dalamnya dipasang arca Yesus Kristus. Sembilan anak tangga melambangkan sembilan tahapan yang harus ditempuh untuk orang dapat masuk ke Surgaloka. Dengan demikian, arca Yesus Kristus ini dibayangkan terletak di Surgaloka. 


Pada tahun 1998 di dasar candi ini ditemukan sebuah mata air yang mengandung mineral dalam konsentrasi tinggi sehingga konon berkhasiat menyembuhkan penyakit. Mata air ini disalurkan ke atas lewat 9 titik kran untuk dapat digunakan bagi berbagai keperluan. Air ini diberi nama Tirta Perwitasari. Dalam kisah pewayangan Jawa ada rujukan kepada air suci Perwitasari yang diyakini sebagai air kehidupan yang dicari oleh Wijasena. 

Mari kita perhatikan arca Yesus Kristus ini dengan lebih teliti. Arca ini mengenakan sebuah mahkota raja dan memakai busana kebesaran raja-raja Jawa lengkap dengan segala pernak-pernik perhiasannya. Sementara duduk di singasana kebesarannya, tangan kanannya menunjuk pada hati kudusnya dan tangan kirinya sedikit menyibak jubah kebesaran rajaninya. Rambut panjang di kepalanya ditata rapi serupa dengan model rambut Siddharta Gautama atau model rambut para pendeta Hindu kuno. Di atas arca ini (tidak tampak sepenuhnya dalam gambar) tertera aksara jawa yang bunyinya demikian: Sampeyan Dalem Sang Maha Prabhu Yesus Kristus Pangeraning Para Bangsa.  

Gelar Sampeyan Dalem adalah gelar khas untuk raja-raja Jawa Mataram. Arca ini bukan sekadar arca Yesus Kristus sebagai seorang raja Jawa, tetapi arca seorang Maha Prabhu, seorang Maha Raja. Maha Prabhu ini adalah Pangeran segala bangsa. Pangeran dalam sebutan orang Jawa DIY sinonim dengan Tuhan. Kedua telapak kaki sang Maha Raja dan Tuhan segala bangsa ini menginjak sekuntum bunga padma/teratai besar yang sedang mekar penuh (tidak tampak dalam gambar), lambang kemurnian, kesucian, kebijaksanaan, cinta dan keilahian Sang Maha Prabhu Yesus Kristus ini.

Candi Ganjuran dengan arca Yesus Kristus Sang Maha Prabhu di dalam relungnya

Arca Bunda Maria Ganjuran sedang memangku kanak-kanak Yesus.
Keduanya berpakaian kebesaran kerajaan Jawa. Di bawah arca ini ada tulisan 

Dyah Maria Ganjuran Nyuwun Pangestu Dalem 
(Bunda Maria Ibu Ganjuran, Minta Restumu)

Orang Jawa di kawasan DIY gentar terhadap Nyai Loro Kidul, yang dipandang dan dihormati sebagai Ratu Penguasa Laut Selatan. Nah, candi Ganjuran ini dan arca Yesus Kristus yang ada di relung candi ini keduanya dibangun dengan menghadap ke Laut Selatan, sebagai tanda penghormatan kepada Sang Ratu Penguasa Laut Selatan ini. Meskipun Yesus Kristus yang digambarkan arca ini adalah Maha Prabhu dan Pangeran segala bangsa, dia juga menghormati Nyai Loro Kidul, mungkin juga dibayangkan bersahabat dengan Sang Nyai. Harus ada harmoni di antara keduanya, bukan konflik. Tetapi dalam kepercayaan kuno orang Jawa, Laut Selatan bukan hanya dihuni oleh Nyai Loro Kidul, tetapi juga oleh Dewata Cengkar yang jahat yang telah menjadi seekor bajul (buaya) putih. Jadi, Sang Maha Prabhu Yesus Kristus ini juga siap berhadapan dengan kuasa-kuasa jahat bajul putih ini demi melindungi masyarakat Jawa Tengah.

Ketika gempa bumi melanda Yogyakarta pada 27 Mei 2006, bangunan gereja Ganjuran dan kompleks di sekitarnya hancur, tetapi candi dan arca Maha Prabhu Yesus Kristus di dalamnya bertahan utuh. Kenyataan ini membuat orang-orang Jawa di sana yang masih berpikiran magis, termasuk tentu warga gereja yang sering berkunjung ke sana (tidak hanya orang Katolik) untuk mencari mukjizat kesembuhan dan berdoa khusuk, menganggap arca Yesus Kristus sang Maha Prabhu ini sakti. Inkulturasi injil dalam kebudayaan Jawa kuno dan alam pemikiran magis menyatu dalam arca Yesus Kristus di candi Ganjuran ini. Saya bertanya-tanya dalam hati, mengapa kalau arca Yesus Kristus sang Maha Prabhu ini sakti, kota Yogyakarta dan manusia penduduknya tidak dilindunginya dari bencana gempa bumi itu.

Bagaimanapun juga, apakah Anda mau mencoba khasiat dan tuah arca ini dan Tirta Perwitasarinya? Jika ya, datang saja
berbondong-bondong ke Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Jangan lupa, kalau Anda menyimpan banyak permintaan di hati, di sana Anda musti sungkem dan berdoa komat-kamit di kaki arca Sang Maha Prabhu Yesus Kristus, tentu jika Anda tidak memiliki keberatan nurani apa pun untuk sujud di kaki sebuah patung seperti taatnya warga gereja Katolik untuk sujud di bawah kaki patung Bunda Maria. Dan, ingat, jangan minum Tirta Perwitasari di sana banyak-banyak, sebab, kata dokter, air yang mengandung mineral dalam kadar tinggi bisa membuat orang terkena batu ginjal.