Wednesday, March 24, 2010

Yesus Menunggang Seekor Dinosaurus: Mungkinkah? Tak Waras!!!



Yesus menunggang seekor dinosaurus? Apakah ini mungkin, ataukah tidak mungkin? Menurut orang yang memegang kreasionisme sebagai kepercayaan mereka, bahwa Yesus menunggang seekor dinosaurus atau bahwa Yesus menggendong seekor bayi dinosaurus dalam kenyataannya bisa mungkin atau bahkan bisa sangat mungkin.

Kita tahu kalangan kreasionis mempertahankan pandangan-pandangan yang didasarkan pada Alkitab yang dipahami secara literalistik (harfiah) mengenai Bumi, jagat raya dan semua makhluk hidup yang mendiami dunia ini. Mereka percaya kuat sekali bahwa Alkitab adalah firman Allah yang tidak dapat memiliki kesalahan apapun dalam
segala hal yang disampaikannya kepada kita; Alkitab, bagi mereka, sama sekali tidak bisa salah dalam segala hal yang dicatat di dalamnya. Mereka mempertahankan bahwa seluruh Alkitab harus dipahami secara literalistik, dan bahwa untuk memahami Alkitab dengan benar, orang hanya memerlukan iman dan kepercayaan penuh pada makna harfiah setiap kata yang ditulis dalam Alkitab.



Suatu pelajaran Alkitab yang berbahaya bagi anak-anak Amerika. Guys, selamatkanlah mereka.

Sudut pandang literalis dan anti-historisis ini menghasilkan pandangan-pandangan yang eksentrik, irasional dan tak waras mengenai umur bumi dan zaman kehidupan dinosaurus di muka Bumi. Berdasarkan hermeneutik mereka yang tidak ilmiah dan pemahaman literalistik mereka atas teks Kejadian 1:24-31 (bahwa Allah pada hari yang sama, yakni hari keenam, menciptakan binatang-binatang darat dan manusia) dan silsilah Yesus dalam Injil Matius (1:1-16) dan dalam Injil Lukas (3:23-38), mereka mengklaim bahwa Dinosaurus dulu hidup bersama dengan manusia dan bahwa Planet Bumi ini baru berusia 6000 tahun.

Dengan demikian, mereka membayangkan bahwa Yesus menunggangi seekor dinosaurus atau bahwa Yesus memeluk seekor anak dinosaurus adalah suatu kenyataan yang mungkin sekali terjadi. Mengetahui hal ini mungkin membuat kepala Anda mulai berputar-putar keleyengan!



Menurut kebanyakan kita yang cerdas dan waras, bahwa Yesus menunggangi seekor dinosaurus atau bahwa Yesus memeluk seekor bayi dinosaurus dalam kenyataannya sangatlah tidak mungkin, sebab zaman ketika dinosaurus menguasai Planet Bumi telah lama berlalu sebelum manusia dilahirkan oleh alam untuk mendominasi planet ini.

Melanjutkan kajian yang baru, yang sebelumnya sudah dilaksanakan oleh Walter dan Luis Alvarez, sebuah panel yang terdiri atas 41 orang ilmuwan dari berbagai tempat di muka Bumi (Eropa, Amerika Serikat, Meksiko, Kanada, dan Jepang) pada 4 Maret 2010 melakukan tinjauan ulang menyeluruh atas penelitian yang sudah berlangsung selama 20 tahun untuk mencoba mengonfirmasi apa penyebab “kemusnahan massal Kretaseous-Tertiari (K-T)”. Laporan tim ilmuwan ini dapat dibaca pada jurnal Science 2010:327 (5970):1214-1218.

“Kemusnahan massal Kretaseous-Tertiari” (Cretaceous-Tertiary Mass Extinction) adalah sebuah terminologi baku yang menunjuk pada kemusnahan massal spesies-spesies fauna dan flora yang berlangsung dalam suatu kurun geologis yang pendek di muka Bumi pada 65,5 juta tahun yang lalu; terminologi ini juga dikenal sebagai "kemusnahan K-T". Belakangan, kemusnahan K-T disebut juga kemusnahan Kretaseous-Paleogene, atau kemusnahan K-Pg. Istilah “Tapal batas K-T” (K-T boundary) menunjuk pada suatu lapisan tipis sedimentasi geologis yang ditemukan di berbagai tempat di muka Bumi, yang terbentuk selama kurun kemusnahan K-T.

Menurut kesimpulan panel ini, sebuah asteroid atau komet raksasa dari angkasa luar yang lebarnya sampai 15 kilometer (= 9 mil) yang menumbuk muka Bumi di Chicxulub di semenanjung Yucatan (sekarang dikenal sebagai Meksiko) adalah satu-satunya penjelasan yang masuk akal mengapa terjadi kemusnahan K-T, mengapa dinosaurus/1/ lenyap dari muka Bumi.

Suatu kerangka dinosaurus


Kejadian alam maha dahsyat ini menciptakan suatu “lingkungan seperti neraka” sekitar 65,5 juta tahun yang lalu dan melenyapkan lebih dari separuh spesies di muka Planet Bumi, termasuk dinosaurus, pterosaurus yang seperti burung dan reptilia yang hidup di laut. Para ilmuwan yang melakukan pengkajian ini menganalisis hasil-hasil penelitian 20 tahun terakhir ini yang telah dilakukan para pakar paleontologi, pakar kimia bumi dan atmosfir, pakar pembuat model iklim, pakar geofisika dan pakar sedimentologi, yang terus masih mengumpulkan bukti-bukti mengenai kemusnahan K-T ini.

Menurut kesimpulan panel ini, sebuah asteroid/komet raksasa dari angkasa luar yang lebarnya sampai 15 kilometer (= 9 mil) yang menumbuk muka Bumi di Chicxulub (sekarang dikenal sebagai Meksiko) adalah satu-satunya penjelasan yang masuk akal mengapa dinosaurus lenyap dari muka bumi.



Di atas ini, ilustrasi sebuah asteroid raksasa menumbuk Bumi 65 juta tahun yang lampau. Segala reruntuhan yang ditimbulkannya terbang terlempar ke atas, memasuki atmosfir dan menggelapkan seluruh muka Bumi.

Asteroid raksasa ini dipikirkan telah menerjang muka Bumi dengan suatu kekuatan yang besarnya satu milyar kali lebih kuat dari kekuatan bom atom yang pernah dijatuhkan di Hiroshima. Tabrakan yang kekuatannya tak terbayangkan ini menimbulkan api maha besar di mana-mana, gempa bumi di mana-mana yang berkekuatan lebih dari 10 skala Richter, tanah-tanah longsor seluas benua yang menciptakan tsunami dahsyat di mana-mana. 

“Paku terakhir pada peti mati dinosaurus" datang ketika bahan-bahan reruntuhan yang terlempar dari tumbukan mahadahsyat ini terbang ke atas memasuki atmosfir sehingga Planet Bumi terbungkus oleh kegelapan yang amat mengerikan, dan hal ini menimbulkan suatu musim dingin global yang mematikan, yang membunuh banyak sekali spesies yang tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan kehidupan yang sudah seperti neraka ini.

Rekam jejak geologis memperlihatkan bahwa peristiwa dahsyat yang menyebabkan kematian dinosaurus ini dengan cepat menghancurkan ekosistem darat dan ekosistem laut. Rekam jejak fosil menunjukkan telah terjadi kemusnahan massal sekitar 65,5 juta tahun lalu (waktu yang kini dikenal sebagai batas K-Pg). Kurun yang menjadi neraka bagi dinosaurus ini, yang menandakan berakhirnya masa kekuasaan dinosaurus di muka bumi selama 160 juta tahun, ternyata menjadi suatu hari akbar bagi makhluk mammalia. Kemusnahan KT adalah suatu momen maha penting dalam sejarah Bumi yang akhirnya, sangat jauh kemudian, membuka jalan bagi kelahiran manusia, homo sapiens, 200 ribu tahun yang lalu, yang kemudian menjadi spesies yang menguasai Bumi.


Sedikitnya ada dua bukti yang langsung menghubungkan tumbukan asteroid ini dan kemusnahan K-T. Pertama, berlimpahnya iridium dalam sampel-sampel geologis di seluruh dunia yang berasal dari kurun kemusnahan K-T. 

Iridium sangat jarang ditemukan pada kerak Bumi, tetapi sangat umum ditemukan pada asteroid. Langsung setelah lapisan geologis yang berisi iridium, jumlah fosil dan spesies yang ditemukan berkurang sangat jauh, dan keadaan ini menunjukkan bahwa kemusnahan K-T terjadi sangat segera setelah tumbukan asteroid ini. 
Kedua, berlimpahnya mineral kwarsa (quartz mineral) yang “terkejut” di dalam lapisan-lapisan batu karang di seluruh dunia yang berasal dari kurun kemusnahan K-T. 

Mineral kwarsa terkejut ketika ditumbuk dengan sangat cepat oleh suatu kekuatan besar, dan mineral kwarsa dalam kondisi “terkejut” ini ditemukan hanya pada situs-situs ledakan nuklir dan situs-situs tumbukan meteor di muka Bumi. Kesimpulannya, suatu tumbukan meteor yang masif terjadi pada saat kemusnahan K-T secara massal.

Namun pada awal tahun 2011, seperti dilaporkan dalam jurnal Geology 2011; 39 (2):159, tim peneliti dari Universitas Alberta, yang dipimpin oleh Larry Heaman dari Department of Earth and Atmospheric Sciences, berhasil menentukan usia sebongkah fosil tulang paha hadrosaurus yang ditemukan di New Mexico, yakni 64,8 juta tahun, dan ini berarti dinosaurus amfibi pemakan tetumbuhan ini hidup 700.000 tahun setelah kemusnahan K-T. Penentuan usia fosil tulang paha hadrosaurus ini dilakukan dengan memakai sebuah metode baru yang belum dipakai sebelumnya, yakni metode yang dinamakan U-Pb (Uranium-Plumbum, atau Uranium-Timah hitam).

Teknik baru ini bukan saja memungkinkan penentuan usia fosil tulang, tetapi juga potensial dapat membedakan jenis makanan yang dimakan seekor dinosaurus. Tulang makhluk hidup berisi hanya sedikit uranium, tetapi selama proses fosilisasi (umumnya kurang dari 1000 tahun setelah kematian) tulang diperkaya oleh banyak unsur kimiawi, seperti uranium. Atom-atom uranium dalam tulang perlahan-lahan berubah menjadi timah hitam, dan ketika proses fosilisasi selesai maka jam uranium-plumbum berdetak. Komposisi isotop timah hitam yang didapat dalam tulang paha hadrosaurus ini dengan demikian menentukan usia mutlak fosil tulang paha ini.

Penemuan yang dibuat Larry Heaman dkk ini menunjukkan bahwa hadrosaurus yang fosil tulang pahanya ditemukan di New Mexico ini berhasil bertahan hidup melewati bencana alam dahsyat yang menyebabkan kemusnahan K-T. Menurutnya, adalah mungkin pada 65,5 juta tahun yang lalu di beberapa kawasan tetumbuhan tidak ikut lenyap dan sejumlah spesies hadrosaurus bertahan hidup. Tim ilmuwan ini berpendapat mungkin sekali ada banyak telur dinosaurus yang luput dari kemusnahan K-T, dan karenanya perlu dieksplorasi. Larry Heaman dkk percaya, jika teknik U-Pb baru mereka dipakai untuk menentukan usia lebih banyak sampel fosil dinosaurus, maka paradigma kemusnahan K-T dan berakhirnya zaman dinosaurus akan harus direvisi.

Akhir kata, jika kita menggunakan sains untuk memahami dan merekonstruksi masa lampau, maka kita harus menyatakan kepada para kreasionis bahwa Yesus yang menunggangi seekor dinosaurus atau yang menggendong seekor dinosaurus kecil adalah Yesus yang ada hanya dalam imajinasi kristologis heterodoks tak waras mereka. Mereka selalu mengklaim bahwa mereka adalah orang-orang Kristen ortodoks, meskipun dalam kenyataannya tidak.

oleh Ioanes Rakhmat

Sumber:

http://www.sciencedaily.com/releases/2010/03/100304142242.htm

http://www.sciencedaily.com/releases/2011/01/110127141707.htm

-------------

/1/ Kata “dinosaurus” dibentuk dari dua kata Yunani δεινός (deinos= dahsyat, sangat kuat, menakjubkan) dan σαυρος (sauros=kadal, reptilia).